Benarkah 5G Memiliki Dampak Bagi Tubuh Manusia? Simak Yu!
Jaringan seluler generasi kelima, atau lebih dikenal dengan nama 5G, kini hadir. Dan seperti halnya semua teknologi baru, datangnya 5G diikuti pula dengan kekhawatiran. Khusunya terhadap dampaknya 5G pada tubuh manusia.
Berbagai macam teori konspirasi mengenai 5G sudah mulai menyebar di media. Tapi apa sebenarnya itu 5G? Dan apakah 5G sepenuhnya aman bagi tubuh manusia? Mari kita dalami pembahasan ini.
Sebelum kita membahas dampak 5G terhadap kesehatan, ada baiknya kita mengenali apa itu sebenarnya koneksi 2G hingga 5G. Jika kamu melihat gambar sinyal di pojok HPmu di sana tertulis juga jenis jaringan seluler yang kamu pakai. Jaringan tersebut bisa jadi 2G, 3G, atau 4G.
Namun kini terdapat standar terbaru. Yaitu 5G. Jaringan 5G secara teori dapat mencapai kecepatan maksimal 10GB per detik. Atau 100 kali lebih cepat dari 4G! Jaringan seluler 2G hingga 5G tersebut dapat dikategorikan sebagai radiasi.
Namun, sebelum kalian panik, perlu diketahui bahwa radiasi tersebut bukan merupakan radiasi yang berbahaya. Secara umum radiasi dapat kita bagi menjadi 2 tipe. Yaitu radiasi ionizing dan radiasi non-ionizing.
Perbedaan kedua tipe radiasi ini adalah besarnya energi yang terdapat di dalamnya. Radiasi ionizing memiliki energi yang sangat besar hingga dapat menyebabkan proses ionisasi. Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari atom.
Baca Juga : Cara Membersihkan Keyboard Laptop Yang Kotor
Dan peristiwa inilah yang bisa menyebabkan perubahan kimia, seperti menghancurkan struktur biologis. Radiasi ionizing antara lain, mencakup radiasi ultraviolet, radiasi x-ray, dan radiasi gamma dan hanya berbahaya apabila paparannya berlebihan.
Itulah alasannya kita selalu berusaha untuk mengurangi paparan terhadap radiasi ionizing tersebut. Sedangkan gelombang radio, gelombang microwave dan gelombang infrared merupakan golongan dari radiasi non-ionizing dan gelombang 2G hingga 5G terdapat pada spektrum ini.
Mengenai efek samping 5G terhadap tubuh manusia, banyak penelitian menemukan bahwa paparan terhadap 5G dapat menyebabkan “pemanasan” dalam tubuh kita.
Hal ini disebabkan karena non-ionizing radiation memiliki energi yang cukup untuk menggerakan atom yang kemudian akan menimbulkan pemanasan. Namun pemanasan ini tidak terlalu membahayakan. Sekarang kembali ke pertanyaan pertama:
Apakah 5G aman?
World Health Organization (WHO) mengkategorikan 5G dengan potensi karsinogenik 2B yang berarti ada kemungkinan (walaupun belum definitif) bahwa 5G dapat menyebabkan kanker. Namun, tunggu dulu. Harus dipahami juga bahwa kategori 2B ini merupakan kategori dengan faktor resiko yang sangat rendah. Dan banyak benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung senyawa dalam kategori ini. Seperti uang logam. Kopi. Dan rempah-rempah seperti kayu manis.
Jadi…. itu artinya 5G tidak beresiko sama sekali bukan? Tidak sepenuhnya. European Parliamentary Research Service (ERPS) mengatakan untuk gelombang elektromagnetik antara 10 GHz dan 300 GHz harus dibatasi kepadatan energinya untuk menghindari pemanasan jaringan yang ada di dekat tubuh manusia.
Hal ini penting karena 5G tidak dapat menembus beberapa objek dan hanya dapat menjangkau jarak yang lebih pendek dari 4G. Sehingga, sumber dari provider 5G harus selalu berdekatan dengan penggunanya.
Pada akhirnya, yang penting untuk kita ingat adalah sama halnya dengan segala inovasi baru, kita harus pertimbangkan apakah hal-hal yang diberikan 5G sebanding dengan kemungkinan resiko yang diberikannya. Nyatanya adalah, kita semua menggunakan internet.
Oleh karena itu, internet yang secepat kilat pastinya akan memberikan peningkatan kinerja semua sektor di masyarakat. Di mulai dari dirimu yang akan dapat mengunduh film dalam hitungan detik, hingga proyek perusahaan besar seperti pemrosesan data untuk mobil yang bisa mengemudi sendiri.
Akan tetapi, walaupun penelitian terhadap resiko 5G tetap berlangsung, untuk sementara resiko yang ada tidak signifikan untuk sepenuhnya menolak 5G. Bagiamana menurut kalian? Apakah kalian tidak sabar untuk menanti kedatangan 5G di Indonesia? Atau apakah kalian masih was-was? Bagaimanapun juga, jangan lupa share aritkel ini ke teman-teman kalian. Terima kasih.